Sabtu, 22 Mei 2010

may22, 2010

Ditawan Belanda

Filed under: KEMERDEKAAN — Iman Brotoseno @ 5:48 am
Tags:

aksi-polisionil-2.jpgSetelah aksi polisional kedua Desember 1948, ketiga pemimpin Republik yang masih muda ini ditawan Belanda dan diasingkan ke Pulau Bangka,

February 9, 2008

Perjanjian Linggajati

Filed under: Diplomasi,KEMERDEKAAN — arishu @ 9:58 pm
Tags:

Free Image Hosting at allyoucanupload.com Free Image Hosting at allyoucanupload.com

Gedung pada foto di atas merupakan tempat pertemuan perundingan Linggajati yang berlangsung pada tanggal 11-13 November 1947. Gedung yang berada di daerah Kuningan Jawa Barat, yang sekarang dikenal sebagai Museum Perundingan Linggajati, merupakan saksi sejarah diplomasi awal Indonesia. Di gedung inilah untuk pertama kalinya Indonesa dan Belanda duduk dalam satu meja perundingan sebagai dua pihak yang sama kedudukannya.

(more…)

January 26, 2008

Tiga Serangkai

Filed under: BAPAK BANGSA,KEMERDEKAAN — Iman Brotoseno @ 11:04 am
Tags:


………………….Kami bicara padamu dalam hening di malam sepi/ Jika ada rasa hampa dan jam dinding yang berdetak/Kenang, kenanglah kami/ Teruskan, teruskan jiwa kami
Menjaga Bung Karno
menjaga Bung Hatta
menjaga Bung Sjahrir
Kami sekarang mayat/Berikan kami arti/Berjagalah terus di garis batas pernyataan dan impian/
Kenang, kenanglah kami/yang tinggal tulang-tulang diliputi debu/Beribu kami terbaring antara Krawang-Bekasi
( Chairil Anwar )

Perjalanan dinas menteri 1947

Filed under: BAPAK BANGSA,KEMERDEKAAN — Iman Brotoseno @ 4:18 am
Tags:

menunggu-kereta.jpg

Ilustrasi diatas adalah perjalanan dinas para Menteri Menteri Republik ketika meninjau front Jawa Timur. Mereka menunggu kereta di stasiun Mojokerto yang akan membawa kembali ke Jogjakarta. Tak ada uang dinas perjalanan, tak ada ruang tunggu VIP. Dari kiri ke kanan, Mr. Tan Po Goan ( Menteri Negara ), Mr. Amir Syarifuddin ( Menteri Pertahanan ), Agus Yaman ( Badan Penghubung ), Mr.Maria Ulfah ( Menteri Sosial ), Dr.Johannes Leimena ( Menteri Kesehatan ), Mr. Ali Budiardjo ( Sekretaris Negara ), Adnan Kapau Gani ( Menteri Kemakmuran ) dan Sutan Syahrir ( Perdana Menteri )

January 18, 2008

Soekarno & Haji Agus Salim

Filed under: KEMERDEKAAN — Iman Brotoseno @ 3:46 pm

soekarno-agus-salim.jpg

Presiden Soekarno bersama dengan Menteri Luar Negerinya Haji Agus Salim dalam masa baru duduk di bangku SMP kelas 1, sering bingung. Bocah tersebut merasa bingung karena membaca slogan yang panjang, yang berisi kiprah mengisi kemerdekaan. Lantas dengan cara apa saya harus mengisi kemerdekaan ini ? kata Esta di dalam hati.






Mengisi kemerdekaan dengan kerja keras

Di saat bocah itu lagi kebingungan, di rumahnya kedatangan tamu, Eyang Rusydi, kakeknya sendiri yang selama ini tinggal di kota lain. Bocah ini lantas bertanya kepada kakek, tentang makna mengisi kemerdekaan. Dengan sikap arif, kakeknya menjawab bahwa bagi bocah usia sekolah: belajar tekun dengan sepenuh hati, itulah cara mengisi kemerdekaan. Sedangkan bagi mereka yang sudah dewasa, bekerja membanting tulang dengan sepenuh hati, itulah cara yang paling tepat untuk mengisi kemerdekaan.

Pembaca sekalian, seringkali makna mengisi kemerdekaan negara kita, memang ditulis dalam slogan yang panjang dan sulit dipahami. Padahal mengisi kemerdekaan, adalah hal yang amat sederhana tapi sekaligus sangat vital. Jika kita seorang pelajar atau mahasiswa, maka belajar secara maksimal agar meraih hasil terbaik, itulah bukti bahwa kita sudah mengisi kemerdekaan. Jika suatu saat kita gagal berprestasi dalam belajar, misalnya gagal naik kelas atau tidak lulus dalam ujian akhir, kita tidak boleh berputus asa. Tidak naik kelas atau tidak lulus ujian, hakikatnya bukan gagal tapi kita diminta lebih banyak belajar.

Bangkit dan belajarlah lebih keras lagi tanpa kenal putus asa, niscaya kesuksesan akan diraih di masa mendatang. Orang cerdas, bukanlah mereka yang tidak pernah gagal sama sekali dalam mencari ilmu. Orang cerdas adalah mereka yang kendati pernah gagal, namun belajar lebih keras lagi, sehingga mencapai prestasi terbaik. Sedangkan bagi mereka yang sudah dewasa, bekerja keras tanpa kenal menyerah, itu bukti bahwa kita sudah mengisi kemerdekaan. Apapun pekerjaan kita, mulai presiden direktur hingga tukang cukur, asal itu dikerjakan dengan serius dan sungguh-sungguh, berarti kita sudah mengisi kemerdekaan. Apapun yang kita kerjakan, asal bermanfaat bagi diri dan keluarga kita, bermanfaat bagi warga di sekitar kita, dan bermanfaat bagi perkembangan bangsa, berarti kita sudah turut andil mengisi kemerdekaan.

Dirgahayu Republik Indonesia, mari kita isi kemerdekaan ini dengan kerja keras dan pantang menyerah. Apapun profesi kita, cintailah profesi tersebut dengan sepenuh hati. Jika kita cinta penuh pada profesi yang sedang ditekuni, maka profesi tersebut juga akan mencintai kita dengan memberi imbalan finansial yang maksimal. Jangan setengah-setengah dalam menjalani profesi. Tidak ada kesuksesan dalam hidup, yang tidak ditempuh dengan kerja keras. Tidak ada orang yang berhasil dalam hidup, jika hanya berpangku tangan. Semua kesuksesan pasti diawali dengan kerja keras dan kerja cerdas

Demikian pula pahlawan kita di masa lalu, saat memperjuangkan kemerdekaan Republik Indonesia. Para pahlawan kerja keras tanpa kenal lelah, bertekat baja tanpa kenal menyerah, sehingga akhirnya tercapailah kemerdekaan RI yang dicita-citakan bersama. Tanpa kerja keras para pahlawan, niscaya kemerdekaan hanya akan jadi angan-angan. Semangat pantang menyerah para pahlawan inilah, yang perlu kita transfer ke jati diri kita segenap bangsa Indoensia. “Merdeka berarti kerja keras untuk mencapai sukses”.

Salam Sukses Luar Biasa. Merdeka.

perjuangan pengakuan kemerdekaan Republik Indonesia

Kisah Menarik Seputar Kemerdekaan Indonesia

Posted on February 16, 2009 by saladin1985.
Categories: Pahlawan, Renungan.

Kisah Menarik Seputar Kemerdekaan Indonesia

Dirgahayu Indonesia!

Untuk mengenang jasa para pahlawan dan melihat sisi lain dari sebuah
kemerdekaan, berikut ini sekumulan cerita yang menyentuh di belakang
kemerdekaan Indonesia. Dikutip dari Milis Friendship.

Moderator AirPutih
———————–
Tulisan berikut dikutip benar-benar persis dari Harian Suara Merdeka, hari
Jumat, tanggal 18 Agustus 1995, halaman VII, dalam rangka memperingati 50
tahun kemerdekaan Indonesia.

———————–
Mungkinkah Revolusi Kemerdekaan Indonesia disebut sebagai revolusi dari
kamar tidur?

Coba simak ceritanya.

Pada 17 Agustus 1945 pukul 08.00, ternyata Bung Karno masih tidur
nyenyak di
kamarnya, di Jalan Pegangsaan Timur 56, Cikini. Dia terkena gejala malaria
tertiana. Suhu badannya tinggi dan sangat lelah setelah begadang bersama
para sahabatnya menyusun konsep naskah proklamasi di rumah Laksamana
Maeda.
“Pating greges”, keluh Bung Karno setelah dibangunkan dokter
kesayangannya.

Kemudian darahnya dialiri chinineurethan intramusculair dan menenggak pil
brom chinine. Lalu ia tidur lagi. Pukul 09.00, Bung Karno terbangun.
Berpakaian rapi putih-putih dan menemui sahabatnya, Bung Hatta. Tepat
pukul
10.00, keduanya memproklamasikan kemerdekaan Indonesia dari serambi rumah.

“Demikianlah Saudara-saudara! Kita sekalian telah merdeka!”, ujar Bung
Karno
di hadapan segelintir patriot-patriot sejati. Mereka lalu menyanyikan lagu
kebangsaan sambil mengibarkan bendera pusaka Merah Putih.

Setelah upacara yang singkat itu, Bungk Karno kembali ke kamar tidurnya.
masih meriang. Tapi sebuah revolusi telah dimulai…

———————–

Upacara Proklamasi Kemerdekaan Indonesia ternyata berlangsung tanpa
protokol, tak ada korps musik, tak ada konduktor dan tak ada pancaragam.
Tiang bendera pun dibuat dari batang bambu secara kasar, serta ditanam
hanya
beberapa menit menjelang upacara. Tetapi itulah, kenyataan yang yang
terjadi
pada sebuah upacara sekaral yang dinanti-nanti selama lebih dari tiga
ratus
tahun!

———————–

Bendera Pusaka Sang Merah Putih adalah bendera resmi pertama bagi RI.
Tetapi
dari apakah bendera sakral itu dibuat? Warna putihnya dari kain sprei
tempat
tidur dan warna merahnya dari kain tukang soto!

———————–

Setelah merdeka 43 tahun, Indonesia baru memiliki seorang menteri pertama
yang benar-benar “orang Indonesia asli”. Karena semua menteri sebelumnya
lahir sebelum 17 Agustus 1945. Itu berarti, mereka pernah menjadi warga
Hindia Belanda dan atau pendudukan Jepang, sebab negara hukum Republik
Indonesia memang belum ada saat itu. “Orang Indonesia asli” pertama yang
menjadi menteri adalah Ir Akbar Tanjung (lahir di Sibolga, Sumatera Utara,
30 Agustus 1945), sebagai Menteri Negara Pemuda dan Olah Raga pada Kabinet
Pembangunan V (1988-1993).

Fahmi: sekarang AT mah jadi tukang korupsi…:(

———————–

Menurut Proklamasi 17 Agustus 1945, Kalimantan adalah bagian integral
wilayah hukum Indonesia. Kenyataannya, pulau tersebut paling unik di
dunia.
Di pulau tersebut, ada 3 kepala negara yang memerintah! Presiden Soeharto
(memerintah 4 wilayah provinsi), PM Mahathir Mohamad (Sabah dan Serawak)
serta Sultan Hassanal Bolkiah (Brunei).

———————–

Hubungan antara revolusi Indonesia dan Hollywood, memang dekat.

Setiap 1 Juni, selalu diperingati sebagai Hari Lahir Pancasila semasa
Presiden Soekarno. Pada 1956, peristiwa tersebut “hampir secara kebetulan”
dirayakan di sebuah hotel Hollywood.

Bung Karno saat itu mengundang aktris legendaris, Marylin Monroe, untuk
sebuah makan malam di Hotel Beverly Hills, Hollywood. Hadir di antaranya
Gregory Peck, George Murphy dan Ronald Reagan (25 tahun kemudian menjadi
Presiden AS).

Yang unik dari pesta menjelang Hari Lahir Pancasila itu, adalah kebodohan
Marilyn dalam hal protokol.

Pada pesta itu, Maryln menyapa Bung Karno bukan dengan “Mr President” atau
“Your Excellency”, tetapi dengan “Prince Soekarno!”

———————–

Ada lagi hubungan erat antara 17 Agustus dan Hollywood. Judul pidato 17
Agustus 1964, “Tahun Vivere Perilocoso” (Tahun yang Penuh Bahaya), telah
dijadikan judul sebuah film The Year of Living Dangerously. Film tersebut
menceritakan pegalaman seorang wartawan asing di Indonesia pada 1960-an.
Pada 1984, film yang dibintangi Mel Gibson itu mendapat Oscar untuk
kategori
film asing!

Fahmi: hebat…Indonesia bisa menjadi sumber inspirasi untuk membuat
film….dapat penghargaan pula. Mudah2an peledakan bom Bali + JW
Marriot ga
dibikin filmnya…ntar dapat oscar utk semua kategori, hehehe.. :p

———————–

Naskah asli teks Proklamasi Kemerdekaan Indonesia yang ditulis tangan oleh
Bung Karno dan didikte oleh Bung Hatta, ternyata tidak pernah dimiliki dan
disimpan oleh Pemerintah! Anehnya, naskah historis tersebut justru
disimpan
dengan baik oleh wartawan BM Diah.

Diah menemukan draft proklamasi itu di keranjang sampah di rumah Laksamana
Maeda, 17 Agustus 1945 dini hari, setelah disalin dan diketik oleh Sajuti
Melik.

Pada 29 Mei 1992, Diah menyerahkan draft tersebut kepada Presiden
Soeharto,
setelah menyimpannya selama 46 tahun 9 bulan 19 hari.

———————–

Ketika tiba di Pelabuhan Sunda Kelapa 9 Juli 1942 siang bolong, Bung Karno
mengeluarkan komentar pertama yang janggal didengar. Setelah menjalani
pengasingan dan pembuangan oleh Belanda di luar Jawa, Bung Karno justru
tidak membicarakan strategis perjuangan menentang penjajahan. Masalah yang
dibicarakannya, hanya tentang sepotong jas!

“Potongan jasmu bagus sekali!” komentar Bung Karno pertama kali
tentang jas
double breast yang dipakai oleh bekas iparnya, Anwar Tjikoroaminoto, yang
menjemputnya bersama Bung Hatta dan segelintir tokoh nasionalis.

———————–

Rasa-rasanya di dunia ini, hanya the founding fathers Indonesia yang
pernah
mandi air seni. Saat pulang dari Dalat (Cipanasnya Saigon), Vietnam, 13
Agustus 1945, Soekarno bersama Bung Hatta, dr Radjiman Wedyodiningrat
dan dr
Soeharto (dokter pribadi Bung Karno) menumpang pesawat fighter bomber
bermotor ganda. Dalam perjalanan, Soekarno ingin sekali buang air kecil,
tetapi tak ada tempat.

Setelah dipikir, dicari jalan keluarnya untuk hasrat yang tak tertahan
itu.
Melihat lubang-lubang kecil di dinding pesawat, di situlah Bung Karno
melepaskan hajat kecilnya. Karena angin begitu kencang sekali,
bersemburlah
air seni itu dan membasahi semua penumpang. Byuuur…

———————–

Berkat kebohongan, peristiwa sakral Proklamasi 17 Agustus 1945 dapat
didokumentasikan dan disaksikan oleh kita hingga kini.

Saat tentara Jepang ingin merampas negatif foto yang mengabadikan
peristiwa
penting tersebut, Frans Mendoer, fotografer yang merekam detik-detik
proklamasi, berbohong kepada mereka. Dia bilang tak punya negatif itu dan
sudah diserahkan kepada Barisan Pelopor, sebuah gerakan perjuangan.
Mendengar jawaban itu, Jepang pun marah besar.

Padahal negatif film itu ditanam di bawah sebuah pohon di halaman Kantor
harian Asia Raja. Setelah Jepang pergi, negatif itu diafdruk dan
dipublikasi
secara luas hingga bisa dinikmati sampai sekarang. Bagaimana kalau Mendoer
bersikap jujur pada Jepang?

———————–

Kali ini, Bung Hatta yang berbohong demi proklamasi. Waktu masa revolusi,
Bung Karno memerintahkan Bung Hatta untuk meminta bantuan senjata kepada
Jawaharlal Nehru. Cara untuk pergi ke India pun dilakukan secara rahasia.
Bung Hatta memakai paspor dengan nama “Abdullah, co-pilot”.

Lalu beliau berangkat dengan pesawat yang dikemudikan Biju Patnaik,
seorang
industrialis yang kemudian menjadi menteri pada kabinet PM Morarji Desai.
Bung Hatta diperlakukan sangat hormat oleh Nehru dan diajak bertemu
Mahatma
Gandhi. Nehru adalah kawan lama Hatta sejak 1920-an dan Gandhi mengetahui
perjuangan Hatta.

Setelah pertemuan, Gandhi diberi tahu oleh Nehru bahwa “Abdullah” itu
adalah
Mohammad hatta. Apa reaksi Gandhi? Dia marah besar kepada Nehru, karena
tidak diberi tahu yang sebenarnya. “You are a liar !” ujar tokoh
kharismatik
itu kepada Nehru

———————–

Bila 17 Agustus menjadi tanggal kelahiran Indonesia, justru tanggal
tersebut
menjadi tanggal kematian bagi pencetus pilar Indonesia. Pada tanggal itu,
pencipta lagu kebangsaan “Indonesia Raya”, WR Soepratman (wafat 1937) dan
pencetus ilmu bahasa Indonesia, Herman Neubronner van der Tuuk (wafat
1894)
meninggal dunia.

———————–

Bendera Merah Putih dan perayaan tujuh belasan bukanlah monopoli
Indonesia.
Corak benderanya sama dengan corak bendera Kerajaan Monaco dan hari
kemerdekaannya sama dengan hari proklamasi Republik Gabon (sebuah
negara di
Afrika Barat) yang merdeka 17 Agustus 1960.

———————–

Jakarta, tempat diproklamasikannya kemerdekaan Indonesia dan kota tempat
Bung Karno dan Bung Hatta berjuang, tidak memberi imbalan yang cukup untuk
mengenang co-proklamator Indonesia.

Sampai detik ini, tidak ada “Jalan Soekarno-Hatta” di ibu kota Jakarta.

Bahkan, nama mereka tidak pernah diabadikan untuk sebuah objek bangunan
fasilitas umum apa pun sampai 1985, ketika sebuah bandara diresmikan
dengan
memakai nama mereka.

———————–

Gelar Proklamator untuk Bung Karno dan Bung Hatta, hanyalah gelar
lisan yang
diberikan rakyat Indonesia kepadanya selama 41 tahun! Sebab, baru 1986
Permerintah memberikan gelar proklamator secara resmi kepada mereka.

———————–

Kalau saja usul Bung Hatta diterima, tentu Indonesia punya “lebih dari
dua”
proklamator. Saat setelah konsep naskah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia
rampung disusun di rumah Laksamana Maeda, Jl Imam Bonjol no 1, Jakarta,
Bung Hatta mengusulkan semua yang hadir saat rapat din hari itu ikut
menandatangani teks proklamasi yang akan dibacakan pagi harinya.

Tetapi usul ditolak oleh Soekarni, seorang pemuda yang hadir. Rapat itu
dihadiri Soekarno, Hatta dan calon proklamator yang gagal : Achmad
Soebardjo, Soekarni dan Sajuti Melik.

“Huh, diberi kesempatan membuat sejarah tidak mau”, gerutu Bung Hatta
karena usulnya ditolak.

———————–

Perjuangan frontal melawan Belanda, ternyata tidak hanya menelan korban
rakyat biasa, tetapi juga seorang menteri kabinet RI.

Soepeno, Menteri Pembangunan dan Pemuda dalam Kabinet Hatta, merupakan
satu-satunya menteri yang tewas ditembak Belanda. Sebuah ujung revolver,
dimasukkan ke dalam mulutnya dan diledakkan secara keji oleh seorang
tentara
Belanda. Pelipis kirinya tembus kena peluru.

Kejadian tersebut terjadi pada 24 Februari 1949 pagi di sebuah tempat di
Kabupaten Nganjuk , Jawa Timur. Saat itu, Soepeno dan ajudannya sedang
mandi
sebuah pancuran air terjun.

———————–

Belum ada negara di dunia yang memiliki ibu kota sampai tiga dalam kurun
waktu relatif singkat. Antara 1945 dan 1948, Indonesia mempunyai 3 ibu
kota,
yakni Jakarta (1945-1946), Yogyakarta (1946-1948) dan Bukittinggi
(1948-1949).

———————–

Panglima Besar Tentara Nasional Indonesia Jenderal Soedirman, pada
kenyatannya tidak prnah menduduki jabatan resmi di kabinet RI. Beliau
tidak
pernah menjadi KSAD, Pangab, bahkan menteri pertahanan sekalipun!

———————–

Wayang ternyata memiliki simbol pembawa sial bagi rezim yang memerintah
Indonesia. Betapa tidak, pada 1938-1939, Pemerintah Hindia Belanda melalui
De Javasche Bank menerbitkan uang kertas seri wayang orang dan pada 1942,
Hindia Belanda runtuh dikalahkan Jepang.

Pada 1943, Pemerintah Pendudukan Jepang menerbitkan uang kertas seri
wayang
Arjuna dan Gatotkoco dan 1945, Jepang terusir dari Indonesia oleh pihak
Sekutu.

Paa 1964, Presiden Soekarno mengeluarkan uang kertas baru seri wayang
dengan
pecahan Rp 1 dan Rp 2,5 dan 1965 menjadi awal keruntuhan pemerintahannya
menyusul peristiwa G30S/PKI.

———————–

Perintah pertama Presiden Soekarno saat dipilih sebagai presiden
pertama RI,
bukanlah membentuk sebuah kabinet atau menandatangani sebuah dekret,
melainkan memanggil tukang sate !!!

Itu dilakukannya dalam perjalanan pulang, setelah terpilih secara aklamasi
sebagai presiden. Kebetulan di jalan bertemu seorang tukang sate
bertelanjang dada dan nyeker (tidak memakai alas kaki).

“Sate ayam lima puluh tusuk!”, perintah Presiden Soekarno.
Disantapnya sate dengan lahap dekat sebuah selokan yang kotor.

Dan itulah, perintah pertama pada rakyatnya sekaligus pesta pertama atas
pengangkatannya sebagai pemimpin dari 70 juta jiwa lebih rakyat dari
sebuah
negara besar yang baru berusia satu hari.

———————–

Kita sudah mengetahui, hubungan antara Bung Karno dan Belanda tidaklah
mesra. Tetapi Belanda pernah memberikan kenangan yang tak akan pernah
dilupakan oleh Bun Karno.

Enam hari menjelang Natal 1948, Belanda memberikan hadiah Natal di Minggu
pagi, saat orang ingin pergi ke gereja, berupa bom yang menghancurkan atap
dapurnya. Hari itu, 19 Desember 1948, ibu kota Yogyakarta jatuh ke tangan
Belanda.

———————–

Sutan Sjahrir, mantan Perdana Menteri RI pertama, menjadi orang Indonesia
yang memiliki prestasi “luar biasa” dan tidak akan pernah ada yang
menandinginya. Waktu beliau wafat 1966 di Zurich, Swiss, statusnya sebagai
tahanan politik. Tetapi waktu dimakamkan di Jakarta beberapa hari
kemudian,
statusnya berubah sebagai Pahlawan Nasional Indonesia.



Bendera Merah PutihMerdeka!! Merdeka!! Merdeka!! Sudah 64 tahun Negara Kita , Negara Indonesia Terbebas dari Jajahan dari Negara lainnya.. W4nzz melalui blog Pondok Cerita mengucapkan Dirgahayu Republik Indonesia Ke 64.

Kali ini dengan bertepatan dengan hari kemerdekaan Bangsa Indonesia, W4nzz ingin berbagi beberapa "Kisah Menarik Seputar Sejarah Kemerdekaan Republik Indonesia" yang saya temukan di sebuah Milis..

"Sejarah"?? Ah Malaslah kalo bahasannya tentang sejarah... Capek Deh.." Mungkin kalimat ini yang ada pikiran sebagian orang bila mendengar kata sejarah.. Salah satunya termasuk saya.. :P

Uppss... tunggu dulu,,Pada postingan ini, kita akan belajar sejarah dengan gaya yang berbeda, bukannya dengan cerita-cerita formal yang di ajarkan di sekolah2.. Di jamin tidak akan membosankan dan kita lebih gampang buat mengingatnya..

Mungkinkah Revolusi Kemerdekaan Indonesia disebut sebagai "revolusi dari kamar tidur"? Coba simak ceritanya...

Pada 17 Agustus 1945 pukul 08.00, ternyata Bung Karno masih tidur nyenyak di kamarnya, di Jalan Pegangsaan Timur 56, Cikini. Dia terkena gejala malaria tertiana. Suhu badannya tinggi dan sangat lelah setelah begadang bersama para sahabatnya menyusun konsep naskah proklamasi di rumah Laksamana Maeda.“Pating greges”, keluh Bung Karno setelah dibangunkan dokter kesayangannya.

Kemudian darahnya dialiri chinineurethan intramusculair dan menenggak pil brom chinine. Lalu ia tidur lagi. Pukul 09.00, Bung Karno terbangun. Berpakaian rapi putih-putih dan menemui sahabatnya, Bung Hatta. Tepat pukul 10.00, keduanya memproklamasikan kemerdekaan Indonesia dari serambi rumah.

Demikianlah Saudara-saudara! Kita sekalian telah merdeka!”, ujar Bung Karno di hadapan segelintir patriot-patriot sejati. Mereka lalu menyanyikan lagu kebangsaan sambil mengibarkan bendera pusaka Merah Putih.
Setelah upacara yang singkat itu, Bung Karno kembali ke kamar tidurnya. masih meriang. Tapi sebuah revolusi telah dimulai…


Upacara Proklamasi Kemerdekaan Indonesia ternyata berlangsung tanpa protokol, tak ada korps musik, tak ada konduktor dan tak ada pancaragam. Tiang bendera pun dibuat dari batang bambu secara kasar, serta ditanam hanya beberapa menit menjelang upacara. Tetapi itulah, kenyataan yang yang terjadi pada sebuah upacara skaral yang dinanti-nanti selama lebih dari tiga ratus tahun!

Bendera Pusaka Sang Merah Putih adalah bendera resmi pertama bagi RI.Tetapi dari apakah bendera sakral itu dibuat? Warna putihnya dari kain sprei tempat tidur dan warna merahnya dari kain tukang soto!

Setelah merdeka 43 tahun, Indonesia baru memiliki seorang menteri pertama yang benar-benar “orang Indonesia asli”. Karena semua menteri sebelumnya lahir sebelum 17 Agustus 1945. Itu berarti, mereka pernah menjadi warga Hindia Belanda dan atau pendudukan Jepang, sebab negara hukum Republik Indonesia memang belum ada saat itu. “Orang Indonesia asli” pertama yang menjadi menteri adalah Ir Akbar Tanjung (lahir di Sibolga, Sumatera Utara, 30 Agustus 1945), sebagai Menteri Negara Pemuda dan Olah Raga pada Kabinet Pembangunan V (1988-1993).

Menurut Proklamasi 17 Agustus 1945, Kalimantan adalah bagian integral wilayah hukum Indonesia. Kenyataannya, pulau tersebut paling unik di dunia. Di pulau tersebut, ada 3 kepala negara yang memerintah! Presiden Soeharto (memerintah 4 wilayah provinsi), PM Mahathir Mohamad (Sabah dan Serawak) serta Sultan Hassanal Bolkiah (Brunei).

Gimana Cukup Menarik bukan?? kalo tertarik mari ikutin lagi ceritanya





Kamis, 20 Mei 2010

semangat 45



may 21, 2010

MEMUPUK SEMANGAT PATRIOTISME

Dalam kemeriahan kita membuat persediaan menyambut Hari Kemerdekaan yang ke-50 tahun, kita dikejutkan dengan tindakan pelajar kita di Taiwan yang mengubah lagu kebangsaan Negaraku kepada Negarakuku dengan rentak rap dan kandungan mesej yang menghina orang Melayu,Islam dan polis dalam klip video muziknya yang disebarkan menerusi internet. Tindakan pelajar itu menunjukkan betapa lemahnya semangat patriotisme dalam jiwa pelajar tersebut kerana lagu Negaraku amat suci dan lambang ketaatan kepada negara dan sudah tentunya tidak boleh dipermain-mainkan.Tindakannya juga telah mencalar semangat perpaduan dalam masyarakat Malaysia yang berbilang kaum ini lantaran menyentuh isu sensitiviti kaum.
Tidak lama selepas sambutan kemerdekaan pada 31 Ogos 2007, seakan tidak percaya bahawa wujud warga Malaysia yang sanggup membakar Jalur Gemilang , bendera negaranya sendiri. Mungkin terpengaruh dengan tindakan warga asing yang membakar bendera dalam berita-berita luar negara yang dipaparkan di kaca televisyen.Yang mereka lupa atau tidak sedar bahawa warga asing itu bukannya membakar bendera negara mereka sendiri tetapi bendera negara lain yang dianggapnya menindas rakyat negara tersebut, seperti tindakan rakyat Iraq yang membakar bendera Amerika Syarikat kerana benci dan marah dengan tindakan Amerika yang menguasai dan menindas rakyat Iraq.
Membakar Jalur Gemilang seumpama memperlihatkan kepada dunia betapa pudarnya semangat patriotisme dalam jiwa rakyat Malaysia dan betapa rendahnya maruah mereka sebagai warganegara Malaysia.Tindakan sama ada untuk menunjukkan emosi yang marah dan bantahan dan penentangan yang dilakukan ketika satu rusuhan di Kuala Terengganu bagaikan tindakan membinasakan diri sendiri ,bagaikan marahkan nyamuk, kelambu dibakar.Perbuatan ini sememangnya sukar diterima oleh rakyat Malaysia keseluruhannya sehinggakan isu ini menjadi perdebatan hangat di Dewan Rakyat. Datuk Bung Mokhtar sendiri ternyata menyelar perbuatan yang dianggapnya sama seperti membakar negara ( Berita Harian, Rabu, 12 September 2007)
Bagi ahli sejarah Profesor Emeritus Datuk Dr Khoo Kay Khim, generasi muda hari ini tidak menghargai nilai bendera negara.Menurutnya,kita mempunyai satu generasi yang tidak menghargai kedaulatan negara. (Berita Harian, Jumaat 24 Ogos 2007).
Banyak contoh yang menampakkan dengan jelas kelunturan semangat cintakan tanahair dalam kalangan generasi muda.Malah lebih menyedihkan apabila ada kalangan generasi muda yang malu berbahasa Melayu, apatah lagi memupuk rasa bangga sebagai anak Malaysia.(Rencana Pengarang,Utusan Malaysia,Isnin, 20 Ogos 2007)
Mohammad Noorizzuddin Nooh dalam artikel “Kukuhkan Patriotisme melalui Negaraku” menyatakan kebimbangan akan fenomena yang melanda masyarakat hari ini.Menurutnya, kita masih lagi sibuk memikirkan bagaimana untuk memperkasakan nama Negara di persada antarabangsa tetapi kita alpa bahawa kita sendiri tidak menghayati kewarganegaraan dan kemerdekaan itu sendiri.( Berita Harian, Isnin, 27 Ogos 2007).

Makna patriotime
Menurut Kamus Dewan, patriotisme bermakna perasaan cinta yang kuat tanah air. (Edisi Ketiga, 2002,hal. 987). Saifuddin Abdullah dalam artikel Perspektif: Pendidikan seiring patriotisme pula menjelaskan bahawa makna patriotisme tidak berubah, iaitu cinta yang kental dan kekal terhadap bangsa dan negara Malaysia. Tetapi, fokus atau bentuk patriotisme mungkin berubah mengikut masa dan keadaan. Jelasnya lagi,perkataan ‘patriotisme’ berasal daripada bahasa Greek, iaitu ‘patriotes’ yang bermakna rakan senegara dan ‘patrice’ yang bermakna tanah air atau negara. Ia membawa maksud keterikatan kepada kumpulan rakan senegara dan kepada tanah air. Dalam bahasa Arab, ia diwakili oleh perkataan wataniah.( http://www.belia.org.my)
Ketua Pergerakan Wanita UMNO, Datuk Seri Rafidah Aziz pula menegaskan bahawa patriotisme yang sebenar ialah apabila seseorang itu sanggup memepertahankan negara apabila dicaci dan berasa bangga apabila negara mencipta kejayaan.Mereka tidaak ada semangat patriotime tidak akan berasa apa-apa terhadap sesuatu yang berlaku kepada negara. ( Utusan Malaysia,Isnin, 20 Ogos 2007).
Ukuran patriotisme cukup subjektif dan amat luas ertinya.Ia bukan isu sopitik atau gimik dan tidak sekadar semangat.Ia lebih bersifat spiritual, rasa kecintaan yang mendalam ,subur dan kental kepada negara yang turut dicirikan oleh beberapa nilai seperti kesungguhan, keyakinan, keberanian dan kesinambungan.Masyarakat patriotik adalah masyarakat yang anggotanya bertatakrama,bertatausila luhur, berupaya memaji, melindungi dan mematuhi serta memelihara undang-undang dan peraturan. ( Berita Harian, Khamis 23 Ogos 2007)

Mengapa Perlu Adanya Semangat Patriotisme Dalam Diri ?
Budayawan Negara, Azah Aziz menyatakan bahawa semangat cintakan negara perlu terus dipupuk dalam kalangan anak-anak muda supaya mereka tidak terus lupa jasa dan pengorbanan pejuang lama yang telah sanggup berkorban segala-galanya demi anak bangsa dan tanah air tercinta untuk kebahagiaan dan keselesaan mereka masa kini. Semangat tidak cintakan budaya sendiri dan tidak yakin dengan kemampuan bangsa menyebabkan mereka mudah terpesong dan mengagungkan budaya asing. Jika semangat patriotisme tidak dipupuk , lambat laun perasaan cintakan negara akan terus lenyap dan mereka suatu hari nanti akan hilang identiti dan sudah tidak tahu siapa sebenarnya diri mereka. (http://www.angelfire.com/)
Bekas Perdana Menteri kita, Tun Dr Mahadir Mohamad ketika berucap di Perhimpunan Patriotisme Alaf Baru anjuran Majlis Belia Malaysia (MBM) pernah menjelaskan bahawa pemupukan semangat patriotisme dalam kalangan generai muda amat perlu bagi menghadapi ancaman budaya luar.Sebagai pewaris negara ini, generasi muda juga harus mempersiapkan diri dengan ilmu pengetahuan yang tinggi serta semangat patriotisme yang kukuh dalam menghadapi cabaran yang mendatang Pada alaf baru ini, amat merunsingkan kerana terdapat unsur-unsur tekanan daripada yang kuat terhadap yang lemah.Sehubungan itu, generasi muda perlu mempunyai semangat cinta kasih yang kekal dan kental kepada negara selain bersemangat setia pada negara.Semangat patriotisme juga meliputi semangat kekitaan dan rasa berbangga menjadi rakyat Malysia.
Menurut beliau lagi, semangat patriotisme amat penting untuk membangunkan negara supaya menjadi sebuah negara yang dihormati di dunia. Jika semangat patriotisme tidak dipupuk dalam kalangan generasi muda, negara tidak akan dapat dipertahankan dari serangan budaya luar.Konsep dunia tanpa sempadan yang diperkenalkan pada alaf baru ini boleh menghakis identiti bangsa dan negara ini.Generasi muda harus sedar mengenai kesan negatif globalisasi dan tidak terus menerimanya secara bulat-bulat.Tidak ada cara yang lebih berkesan untuk menangani daripada segala ancaman yang datang termasuk melalui teknologi maklumat (IT) melainkan dengan memupuk semangat patriotisme. (http://www.utusan.com.my).
Perdana Menteri, Datuk Seri Abdullah Ahmad Badawi sendiri pernah menekankan bahawa betapa semangat patriotisme dalam kalangan rakyat perlu terus diperkukuhkan bagi membolehkan negara mengisi kemerdekaan dengan mencipta lebih banyak kemajuan dan kejayaan pada masa akan datang.(http://www.utusan.com.my).
Semangat patriotime jika tidak dipelihara oleh generasi kini, tidak mustahil akan menyebabkan negara dijajah lagi walaupun dalam kerangka yang berbeza.Unsur-unsur penjajahan itu semakin ketara ketika mana ada kalangan generasi muda bukan sahaja tidak pandai menghormati lagu kebangsaan malah begitu berani mempermainkan lagu Negaraku.(Utusan Malaysia, Isnin 20 Ogos 2007)

Bolehkah mencintai tanahair?
Mufti Perak, Datuk Seri Harussani Zakaria semasa mengendalikan Seminar Pemantapan Akidah di Masjid Tuanku Ampuan Afzan, Kuantan tidak lama dulu pernah menyatakan bahawa.sesungguhnya tidaklah salah dan bukanlah kita berfahaman sekular jika kita mencintai bangsa dan tanahair kita sepertimana dakwaan sesetengah pihak. Nabi s.a.w. sendiri cintakan bangsa dan tanahairnya. Bahkan disebutkan oleh ulama kita bahawa:
"Cintakan tanahair itu termasuk daripada Iman."
Muhammad Nuruddin Bashah dalam tulisannya “Patriotisme Dan Islam” juga menyokong kata-kata Mufti Perak itu.Menurutnya, Rasulullah adalah contoh individu yang terlalu sayangkan kota kelahirannya. Baginda menitiskan air mata apabula meninggalkan kota tersebut semasa berhijrah. Nabi Ibrahim pernah berdoa untuk negeri Mekah dengan doanya di dalam surah Al Baqarah ‘ Wahai Tuhanku, jadikanlah negeri ini aman makmur’.
Dr. Yusuf al Qardhawi juga ada menyebutkan bahawa: "Bagaimanakah kita hendak mempertikaikan kecintaan kepada negara sedangkan Nabi s.a.w. sewaktu keluar berhijrah daripada Mekah, baginda berkata kepada kota Mekah: "Sesungguhnya kamu adalah tanah Allah yang paling Allah cintai, kamu adalah tanah Allah yang paling aku cintai, kalaulah bukan kerana pendudukmu mengeluarkanku daripadanya, nescaya aku tidak akan keluar daripadanya." Apabila sebahagian sahabat menyebutkan tentang Mekah sewaktu mereka di Madinah, tergenang air mata Rasulullah dan baginda bersabda: "Biarkanlah hati ini memperakuinya". (http://www.tajdid.com)
Jelaslah di sini bahwa semangat patriotime sebenarnya tidak bertentangan dengan Islam tetapi merupakan manifestasi kecintaan kepada negara atau wataniah yang sememangnya digalakkan oleh Islam.

Bagaimana memupuk semangat patriotisme?
Penulis bersetuju dengan pendapat Budayawan Negara iaitu Azah Aziz dalam memperkatakan tentang semangat patriotisme. Beliau menyatakan bahawa untuk mengembalikan semula jati diri generasi ini seharusnya semua pihak menggemblingkan tenaga memberi kesedaran kepada generasi muda ini supaya memupuk kembali rasa bangga kepada tanah air dan bangsa. Pihak tertentu seperti media, ibubapa, sekolah, pusat pengajian tinggi, persekitaran dan kerajaan harus bersama menggandakan usaha yang berterusan ke arah membentuk jati diri yang kental dalam kalangan generasi muda ini. (http://www.angelfire.com/).
Kerajaan sendiri melalui Kementerian Pelajaran dan institusi pendidikan mengatur pelbagai strategi dan menjalankan pelbagai program untuk mencapai matlamat memupuk semangat patriotisme dalam kalangan warga pendidikan khususnya dalam kalangan pelajar.



Peranan kerajaan
Kerajaan banyak mengemblengkan tenaga dalam usaha meneyemai dan memupuk semangat patriotisme dalam kalangan warganya. Salah satunya dengan penubuhan Biro Tatanegara. Visi Biro Tatanegara ialah menjadi pembina semangat patriotisme negara yang terkemuka dan utama.Yang mana, objektif utama Biro Tatanegara ialah mencipta semangat patriotisme dan cintakan negara dalam kalangan semua lapisan masyarakat Malaysia dengan memberikan keutamaan kepada golongan pelajar, cendekiawan dan pemimpin-pemimpin masyarakat dengan hasrat mewujudkan satu negara dan bangsa yang kuat dan bermaruah melalui rancangan latihan dan penyelidikan kemasyarakatan.PLKN adalah kemuncak langkah kerajaan dalam memupuk patriotisme dalam kalangan belia .Masih tidak semua peserta yang layak menyertainya dipilih untuk mengikutinya kerana program ini menelan belanja yang amat besar. Hal ini juga menyebabkan kita harus memikirkan program lain yang perlu diadakan bagi memupuk patriotisme dalam kalangan belia, terutama bagi mereka yang tidak terpilih menyertai PLKN. (http://www.belia.org.my)
Dalam pada itu, saranan yang baik daripada Pengarah Institut Alam dan Tamadun Melayu (ATMA) merangkap Pengarah Institut Kajian Oksidental Universiti Kebangsaan Malaysia (UKM), harus juga diberi perhatian oleh kerajaan. Prof. Datuk Dr. Shamsul mencadangkan supaya kerajaan menubuhkan Majlis Sains Sosial dan Kemanusiaan Kebangsaan (MSSKK).
Beliau menyatakan bahawa apa yang kita harapkan melalui patriotisme itu ialah kasih sayang kepada negara. Sama ada mereka sayang kepada negara atau tidak, itu satu perkara yang sukar dan tidak ada negara dalam dunia dapat mengukur nilai ini. Apa yang dapat kita lihat cuma penjelmaan kasih sayang ini. Penjelmaan menggunakan bahasa kebangsaan, menerima sistem yang boleh menyatupadukan, menggalakkan perbincangan lebih terbuka mengenai hal- hal ini, bukan hanya mengutamakan kepentingan masing-masing dan memikirkan tentang masa depan.
Penubuhan MSSKK penting bagi negara kerana ia akan membawa pemahaman lebih mendalam tentang makna perpaduan itu sendiri.Kerangka kita berbincang tentang perpaduan sebenarnya masih belum jelas. Hal ini dapat meletakkan satu kedudukan ilmu sains sosial itu dalam konteks sebenar.Dalam memperkatakan tentang perpaduan, masyarakat perlu melihatnya secara menyeluruh, bukan hanya selapis.
Menurut beliau lagi, telah sampai masa, kerajaan menubuhkan Majlis Sains Sosial dan Kemanusiaan Kebangsaan (MSSKK) selain meletakkan satu kedudukan ilmu sains sosial itu dalam konteks yang sebenar. Buat masa ini, kita mungkin telah mempunyai wadah (wacana) tetapi wahananya masih tiada. Sebenarnya, ia adalah ‘tiang seri’ kepada perpaduan rakyat. (Mingguan Malaysia, Ahad, 26 Ogos 2007)

Peranan Institusi Pendidikan
Sebagai agen perubahan tentunya institusi pendidikan memainkan peranan yang penting dalam memupuk semangat patriotisme dalam kalangan generasi muda dan generasi akan datang. Malah dalam Pelan Induk Pembangunan Pendidikan 2006 – 2010 (PIPP) yang merupakan pelan pelaksanaan dan telah dilancarkan oleh Y.A.B. Perdana Menteri pada 16 Januari 2007,telah digariskan enam teras utama bagi menjayakan Misi Nasional dalam RMKe-9. Salah satu daripada enam teras strategik yang diberi tumpuan utama ialah teras Membina Negara Bangsa. Salah satu matlamat PIPP dalam Membina Negara Bangsa adalah untuk melahirkan pelajar yang memiliki semnagat patriotisme iaitu patriotik, selain memiliki jati diri, , bermoral, berpegang teguh kepada ajaran agama, penyayang, demokratik, liberal, berbudaya saintifik dan hidup bersatu padu.Lantaran itu , sekolah sebagai pelaksana misi Kementerian Pelajaran telah dan akan merancang dan melaksanakan pelbagai program bagi menyokong dan mencapai matlamat PIPP.
Sejajar dengan hasrat kerajaan untuk Membina Negara Bangsa, Kementerian Pelajaran dalam usahanya memupuk semangat patriotisme dalam kalangan pelajar telah mewajibkan agar sekolah menubuhkan Kelab Rukun Negara sebagai satu daripada aktiviti kokurikum. Semangat Rukun Negara perlu diteruskan. Kupasan prinsip Rukun Negara melalui aktiviti kokurikulum ini diharap dapat menerapkan semangat kenegaraan kalangan pelajar dan mewujudkan rakyat yang berjiwa patriotik serta cintakan negara.
Prinsip Kepercayaan kepada Tuhan, Kesetiaan Kepada Raja dan Negara, Keluhuran Perlembagaan, Kedaulatan Undang-Undang serta Kesopanan dan Kesusilaan, yang merupakan lima prinsip penting yang terdapat dalam Rukunegara yang diisytiharkan oleh Yang di-Pertuan Agong pada 31 Ogos 1970 selepas peristiwa 13 Mei 1969, tidak sepatutnya dilupakan oleh rakyat Malaysia. Di dalamnya terkandung semangat yang berupaya menerapkan nilai murni ke arah pemupukan perpaduan tanpa mengira usia atau latar belakang bangsa dan budaya.
Menyedari akan fenomena kurangnya semangat patriotime dalam kalangan generasi muda, Kementerian Pelajaran juga telah memperkenalkan mata pelajaran Pendidikan Sivik dan Kewarganegaraan yang telah diajar sebagai satu mata pelajaran persekolahan mulai tahun 2005, di sekolah rendah dan menengah. Pada masa dahulu, di sekolah rendah dan menengah, sivik pernah dijadikan satu mata pelajaran dari Tahun Empat hingga Tingkatan Lima. Tetapi, ia jarang diajar secara serius. Murid-murid juga tidak berminat. Lalu, sejak sekian lamanya, sivik tidak lagi dijadikan mata pelajaran. Pendidikan kewarganegaraan kemudian diserapkan dalam mata pelajaran sejarah. Asumsinya ialah bahawa memasukkan nilai kewarganegaraan ke dalam mata pelajaran sejarah akan dapat memenuhi kekosongan akibat tiadanya lagi pendidikan sivik.
Tetapi kini, mata pelajaran Pendidikan Sivik dan Kewarganegaraan memberi tumpuan pada keadaan semasa masyarakat serta keperluan masa depannya. Sivik merujuk kepada hubungan individu dengan masyarakat di sekelilingnya. Manakala kewarganegaraan merujuk kepada hubungan individu dengan negaranya. Guru membantu murid menguasai pengetahuan sivik, kemahiran sivik dan nilai sivik supaya menjadi warganegara yang bertanggungjawab.
Berdasarkan keadaan semasa yang melanda golongan remaja, kurikulum mata pelajaran Pendidikan Sivik dan Kewarganegaraan memberi tumpuan utama pada isu perpaduan, patriotisme dan pemahaman kepelbagaian budaya masyarakat Malaysia. Melalui kurikulum ini diharap dapat melahirkan individu yang bersemangat patriotik, boleh bekerjasama dengan orang lain, mengapresiasi kepelbagaian budaya masyarakat Malaysia, menyelesaikan konflik tanpa menggunakan keganasan, menyayangi alam sekitar dan menyumbang ke arah pembangunan negara. ( Huraian Sukatan Pelajaran Sivik dan Kewarganegaraan KBSR)
Selain itu, setiap tahun sekolah mengadakan pelbagai program sempena memperingati Hari Ulangtahun Kemerdekaan negara. Jawatankuasa sambutan peringkat sekolah ditubuhkan dengan kerjasama Kelab Rukun Negara, Unit Bimbingan Dan Kaunseling, Kelab Guru dan Kakitangan, Persatuan Sejarah dan Persatuan-persatuan pelajar. Sekolah juga turut melibatkan penyertaan PIBG, tokoh-tokoh dan sejarawan, Agensi dan Badan Kerajaan dan Bukan Kerajaan dalam aktiviti yang dilaksanakan. Acara yang dilaksanakan ialah seperti ceramah kemerdekaan, tayangan gambar berbentuk patriotik, pembacaan sajak, sketsa, pentomen, kibaran Jalur Gemilang, hiasan bilik darjah dan asrama, pidato, forum, penulisan esei, derma darah, pameran, melukis potret tokoh negara, perbarisan dan perarakan serta sambutan detik kemerdekaan.
Pelajar juga terlibat dengan program sambutan yang dianjurkan oleh pihak lain di peringkat daerah, negeri dan kebangsaan. Penyertaan pelbagai pihak dalam menjayakan program ini dapat membina keyakinan semua warga sekolah berkaitan pembinaan bangsa Malaysia yang merdeka dan bertanggungjawab, bersifat patriotisme yang tinggi dan cintakan kehidupan bersatupadu dan kestabilan negara. (http://www.scribd.com/doc/261975/Pn-Zairiha)

Peranan media
Sejarah telah membuktikan bahawa media dan wartawan memainkan peranan penting sebagai alat penyebar dan pembakar semangat nasionalisme dalam kalangan orang Melayu berminat untuk berpolotik dan menubuhkan parti politik. Parti UMNO sendiri diwujudkan adalah hasil daripada gerakan pena wartawan dan akhbar Utusan Melayu merupakan tulang belakang dalam gerakan ini.Hasil daripada perjuangan wartawan Melayu melalui akhbar-akhbar Utusan Melayu dan akhbar-akhbar lain yang ada pada ketika itu, maka orang Melayu berjaya disedarkan agar bangun menuntut supaya negara mereka dibebaskan dari belenggu penjajahan. Akhirnya kita berjaya mencapai kemerdekaan pada 1957.Hal ini bermakna peranan media dan wartawan di negara ini telah berjaya menjadi alat untuk menyedarkan orang Melayu agar menuntut kemerdekaan. (http://www.patriotisme.net.my/)
Justeru, media juga seharusnya menjalankan tanggungjawab sosialnya dalam mengembalikan generasi muda ini ke landasan yang betul.Media harus memainkan peranannya dalam menyemai dan memupuk semangat patriotisme dalam diri setiap warga Malaysia, terutama generasi muda.Media tidak seharusnya mendedahkan generasi muda dengan budaya negatif seperti yang dipaparkan dalam filem, drama, berita-berita sensasi dari barat tetapi harus menyediakan program-program sama ada dalam bentuk realiti tv atau rancangan-rancangan yang berunsur pengetahuan dan pendidikan yang dapat memupuk semangat patriotisme dalam jiwa generasi muda terutama kanak-kanak yang bakal mewarisi negara.
Tuntasnya, usaha menyemai dan memupuk semangat patriotisme adalah tanggungjawab semua pihak. Institusi pendidikan mempunyai tanggungjawab yang besar tetapi sokongan pihak luar juga tidak kurang pentingnya. Kita boleh menjadikan Singapura dan Jepun sebagai ‘role model’ dalam usaha murni kita ini. Kerajaan Jepun di bawah pimpinan Shinzo Abe telah meluluskan undang-undang yang mewajibkan sekolah mengajar murid mereka untuk menjadi lebih patriotik ketika berhadapan dengan remaja mereka yang rata-rata tidak mempedulikan rentetan sejarah negara mereka.
Malaysia haruslah belajar daripada strategi dan amalan Singapura apabila berhadapan dengan masalah semangat patriotik, jati diri dan kekentalan jiwa rakyat mereka luntur.Singapura adalah contoh terbaik sebagai sebuah negara yang telah berjaya membentuk pemikiran rakyat mereka yang membolehkan setiap ancaman dan tohmahan ditepis dengan begitu mudah.Jati diri rakyat Singapura diasuh dengan begitu teliti dan bersitematik bukan hanya pada hari sambutan kemerdekaan tetapi juga melalui program sepanjang tahun bermula dari sekolah rendah hinggalah ke Khidmat Negara.(Azmi Hassan,“Jati Diri Tiada Musim”,Utusan Malaysia, Isnin, 20 Ogos 2007)
Kita juga harus mencontohi sikap patriotisme rakyat AS. Sikap patriotisme rakyat AS terhadap tentera dan sejarah negara mereka sememangnya sukar ditandingi oleh rakyat negara lain.Pada tarikh 4 Julai setiap tahun,rakyat AS dengan mudah menunjukkan sikap cintakan negara dan patriotisme secara spontan tanpa dipaksa.
Sesungguhnya, tidak semua dari luar itu negatif. Kita perlu memilih dan memanfaatkan segala yang baik dan yang boleh diterima pakai meski daripada negara barat sekalipun.


RUJUKAN

1. Azmi Hassan , “Jati Diri Tiada Musim, Utusan Malaysia,Isnin, 20 Ogos 2007
2. Biro Tatanegara,http://www.btn.gov.my/
3. Dr. Asyraf Wajdi Dusuki, “Agenda Misi Nasional dan semangat asabiah”, http://www.utusan.com.my
4. “Ganjaran Bukan Cara Serlah Patriotime Warga Malaysia”, Berita Harian, Jumaat 24 Ogos 2007
5. Huraian Sukatan Pelajaran Sivik dan Kewarganegaraan KBSR

6. http://www.scribd.com/doc/261975/Pn-Zairiha

7. “Jadikan Patriotisme Perisai Kita”, Rencana Pengarang,Utusan Malaysia,Isnin, 20 Ogos 2007
8. Kamus Dewan, Edisi Ketiga, 2002,hal. 987
9. “Lima Prinsip Rukun Negara Bangkitkan Semangat Kenegaraan” Berita Harian, 10 Disember 2005.
10. Mingguan Malaysia, Ahad, 26 Ogos 2007
11. Mohammad Noorizzuddin Nooh, “Kukuhkan Patriotisme melalui Negaraku”, Berita Harian, Isnin, 27 Ogos 2007.
12. Muhammad Nuruddin Bashah,Patriotisme Dan Islam, http://pmium.org/v100
13. “PM: Generasi Muda Perlu Pupuk Semangat Patriotisme”, Kongres Patriotisme Remaja di Pusat Konvensyen Antarabangsa Putrajaya (PICC), http://www.utusan.com.my/
14. “Patriotisme Bukan sekadar Kibar Bendera.” Berita Harian, Khamis 23 Ogos 2007
15. “Perjuangan Melayu Bukan Asabiyah”, Tajdid Ke Arah Kemajuan Dunia Dan Akhirat ,http://www.tajdid.com
16. Saifuddin Abdullah, ”Perspektif: Pendidikan Seiring Patriotisme”, http://www.belia.org.my
17. Yazid Othman, “ Peranan Dan Cabaran Wartawan Malaysia:Dalam Memupuk Semangat Patriotisme”, ( http://www.patriotisme.net.my/)
18. “YB Cadang Tarik Kerakyatan,” Berita Harian, Rabu, 12 September 2007